Arsip Blog

Waldjinah – Ratu Jawa


Screenshot Studio capture #441Album ini merupakan album pertama atas kerjasamaku dengan sang producer: Tanaka Katsunori. Album ini telah meninggalkan satu memory tak terlupakan… Dalam hal penjualan… terus terang, gagal total!!!… Dalam era Jepang dilanda badai lagu2 bernuansa euro beat ala Komuro Tetsuya… perilisan world music semacam ini, dianggap suatu tindakan bodoh dan fatal. Tapi kita tetap menjalaninya dengan penuh semangat dan percaya diri. Hasil penjualan bukanlah merupakan barometer untuk pengukuran kwalitas. Setidak-tidaknya, aku bangga telah ikut berpartipasi dalam suatu gerakan pelestarian lagu2 tradisional Indonesia. Dan aku yakin bahwa album ini se-tidak2nya telah tercatat pada sejarah musik Indonesia. (meskipun banyak yang tidak tahu) Read the rest of this entry

Kidung Rohani Katolik


santo-fransiskus-dengan-bunda-maria-dan-yesus-200

Menyambung dari postingan Lagu Rohani Katolik Jawa  saya menambah lagu-lagu rohaninya, karena banyak  yang menyukai postingan itu. Silahkan nikmati lagunya. Tuhan Yesus Memberkati & Berkah Dalem.

  1. Kula Tresna Gusti Yesus
  2. Gusti Pangayomku
  3. Jrih Tresna Kawula
  4. Ratu Rosario
  5. Nderek Dewi Mariya

Saksikan vide0 dibawah:
(Sangat terharu dengan alkulturasi budaya jawa.. Indah sekali)

Kraton Jogjakarta


Screenshot Studio capture #439

Sampai daerah divisi disetujui dalam Perundingan Gijanti, kerajaan Mataram yang didirikan Pangeran Senopati pada tahun 1587, merupakan kekuatan yang dominan di Jawa Tengah. Kerajaan Mataram berpindah lokasi beberapa kali selama pemerintahan Senopati dan keturunannya, dan pada tahun 1745 berada di Surakarta (Solo)

Sebagai kelanjutan dari pertikaian yang terjadi di antara pemerintah Surakarta, Pakubuwono III dan paman tirinya, Pangeran Mangkubumi, pemerintah Belanda menengahi dengan menyetujui perjanjian yang isinya mengangkat Mangkubumi sebagai pemimpin kerajaan terpisah, tetapi memiliki kekuasaan yang sama, yang berpusat di Yogyakarta. Mangkubumi, yang memakai gelar Hamengkubuwono I, pada tahun 1756, membangun istana yang besar bernama Ngayogyakarta Hadiningrat.

English: "Pagelaran", the front hall...

English: “Pagelaran”,
the front hall of Kraton of Yogyakarta, Indonesia. The hall facing
“Alun-alun Lor” or nothern city square. The hall is a multipurpose
building. (Photo credit: Wikipedia)

Kraton berada di lokasi yang sangat luas, yang karena luasnya dapat digambarkan sebagai kota tertutup. Selain ada bnagunan di dalamnya, daerah ini dikelilingi oleh dinding yang kokoh seperti benteng dan dibangun pada tahun 1785, untuk daerah yang tertutup tersebut dibangun tempat para pegawai kerajaan, abdi dalem, para keluarga bangsawan lainnya yang kurang terkenal di lingkungan kraton. Tempat ini sekarang terdiri atas desa-desa di dalam kraton tempat berpangkalnya seniman dalam gang-gang sempit yang berprofesi sebagai pembuat batik dan pelukis.

Kraton terdiri atas beberapa bangunan, dinding, da taman, yang tersusun dari utara ke selatan dan mempunyai alun-alun di kedua akhir bangunan. Pendopo utama dan ruang singasana, bangsal kencono, yang terletak di tengah kraton, mempunyai atap joglo, yang disangga oleh tiang berukir. Di belakang Pendopo terdapat Bangsal Proboyekso tempat disimpannya benda pusaka kraton. Di seberang Bnagsal Proboyekso terdapat tempat keluarga kerajaan, yang didiami oleh Sultan yang sekarang. Tempat ini tertutup untuk umum. Kesantrian, tempat tinggal pangeran pangeran yang belum menikah, terletak di bangunan yang laus di belakang kandang kuda.

Di belas tempat kereta kraton, yang terletak di pinggir taman utama, terdapat koleksi kereta-kereta kerajaan dan kendaraan lain yang ditarik kuda, term

asuk kereta jenasah kerajaan yang terbuat dari kaca. Koleksi peralatan kerajaan yang lengkap dan benda-benda kraton, yang terdapat di Musium Sono Budoyo di sudut barat laut dari alun-alun utara, dibangun pada tahun 1935 oleh Hamengkubuwono VIII. Di bagian barat alun-alun terdapat Mesjid Ageng, yang dibangun pada tahun 1773.

Di taman utama kraton terdapat pasir hitam dari pantai selatan Jawa, yang dotaruh untuk menghormati Nyai Loro Kidul, Raty Laut Selatan, yang izinnya dianggap prasyarat untuk membangun kraton. Hubungan dengan Nyai Loro Kidul ini terlihat lebih jelas di bangunan Taman Sari, yang dibangun oleh Hamengkubuwono I sebagai taman yang nyaman untuk tempat beristirahat.

Read the rest of this entry

Kisah Tokoh Alm. Ki Timbul Hadiprayitno


Ki Timbul Hadiprayitno lahir di Bagelen, Purworejo, pada 20 Juni 1934. Agamanya adalah Islam. Pendidikannya hanya sampai SR saja. Ia mempunyai 6 orang anak yang semuanya adalah dalang kecuali 1 orang putri. Ia adalah dalang yang terkenal dari Yogyakarata.

Sejak kecil ia telah belajar mendalang yang diperoleh dari orang tuanya. Timbul juga belajar kepada siapapun, antara lain kepada Ki Wiji Prayitno (ayah dari Hadi Sugito): Ki Kasmono, Kulon Progo tentang Sanggit; Ki Gondo Margono belajar mengenai sulukan; Ki Bancak tentang sabetan; dan Ki Narto tentang antawacana.

Beberapa kali ia terpilih sebagai dalang kesayangan oleh Radio-radio Swasta Niaga pada dekade 1980. Dari Keraton Kasultanan Yogyakarta, Ki Timbul mendapat anugerah nama Cermomanggolo. Awal tahun 1990, sebuah perusahaan multinasional, Mobil Oil, membuat proyek video mengenai pergelaran Wayang Kulit Purwo, Ki Timbul terpilih menjadi dalangnya karena dinilai sebagai dalang yang klasik.

Dalam garap pakeliran Ki Timbul sangat kuat dalam garap sabet, garap catur dan garap lakon. Ia juga mahir dalam mempergelarkan lakon-lakon banjaran yaitu cerita tentang riwayat hidup tokoh wayang. Dalam pergelaran wayang Timbul berusaha untuk menampilkan lakon, sanggit, sabet, dan gecul secara seimbang. Disamping itu, ia adalah dalang yang teguh dalam mempertahankan tradisi. Ki Timbul berani menolak jika penanggap menghendaki hadirnya bintang tamu. Dalam tradisi meruwat di kalangan masyarakat Jawa, Ki Timbul Hadiprayitno adalah salah satu dalang yang dituakan dan mampu untuk melaksanakan prosesi sakral tersebut. Kemampuan itu tidak banyak dimiliki oleh dalang-dalang lain.

Sebagai dalang terkenal Ki Timbul mempunyai jangkuan pentas yang luas, baik di dalam kota, propinsi, di luar Jawa, bahkan sampai keluar negeri. Frekuensi pentasnya dalam satu bulan sangat padat sekali, jika sedang ramai dalam satu bulan bisa lebih dari 40 undangan jika dituruti semuanya. Mengenai tarif dalam mendalang Timbul masih memberikan kelonggaran terhadap siapa yang menanggapnya. Untuk tarif di dalam kota dimana ia tinggal biasanya 10 juta cukup memadai.

Mengenai lakon yang menjadi favoritnya adalah menyesuaikan dengan trend masyarakat yang menanggap. Timbul pernah membuat sanggit lakon sendiri, yang kebanyakan adalah cerita tentang wahyu, antara lain: Wahyu Harjadah, Wahyu Kembang Slombo, Wahyu Panca Purbo, dan Wahyu Mustika Haji. Timbul memiliki kelomok karawitan sendiri, yang bernama Marsudi Budaya, jumlah anggaotanya kurang lebih 30 orang. Ia juga menulis buku-buku tetapi untuk kepentingan pribadi, antara lain mengenai lakon-lakon pedalangan, dan sulukan-sulukan.

Mengenai kiatnya menjadi dalang tenar adalah belajar baik secara lahir yaitu, kemampuan teknis pedalangan, membaca buku-buku pedalangan dan sumber-sumber lain. Dan secara batin, antara lain menjaga tingkah laku, antara ucapan dan tindakan harus sesuai.

Kisah lengkap silahkan dengarkan rekamana ini..

Kisah Tokoh Manthous


 

 

Screenshot Studio capture #436Manthous, nama asli Sumanto Sugiantono (Anto), adalah tokoh dan penemu musik campursari, ia dilahirkan di Desa Playen, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 10 April 1950 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 9 Maret 2012 (usia 62 tahun). Pengalaman di Jakarta bersama B. J. Soepardi, Benyamin Sueb, Idris Sardi, Bing Slamet, Grup Kwartet Jaya, dan lain-lain. Ia kemudian mendirikan Grup Campursari Maju Jaya di Gunung Kidul.

 

Informasi lengkapnya dengarkan audio bawah ini..